Hari Minggu tiba, mentari berseri, Langit biru memeluk bumi dengan lembut, Sejuk embun pagi merangkak perlahan, Menyapa dunia dengan kehangatan.
Di taman bunga, kicauan burung bersahut-sahutan, Melodi alam membentuk orkestra kecil, Dendang angin memainkan daun-daun hijau, Seolah dunia ini menyatu dalam keharmonisan.
Di tepi pantai, pasir putih terasa lembut, Ombak berbisik dengan cerita yang dalam, Langit senja berwarna-warni seperti lukisan, Mengukir kenangan yang tak terlupakan.
Minggu ini, waktu berjalan lebih lambat, Seakan-akan dunia berhenti sejenak, Memberi kesempatan untuk merenung, Menghargai setiap detik dalam keheningan.
Hari Minggu, waktu yang tepat untuk berbagi, Bersama keluarga, tersenyum bahagia, Menghirup aroma kopi yang menguar, Menyatukan hati dalam kebersamaan.
Puisi ini adalah doa bagi hari Minggu, Semoga setiap momen penuh dengan kebahagiaan, Seperti lukisan indah yang terpampang, Mengukir senyum di hati yang damai.
Minggu yang lembut, seperti belaian sayap malam, Bintang-bintang bersinar di langit yang tenang, Menyaksikan kehidupan yang terus berjalan, Diiringi bisikan harapan dalam mimpi.
Di sudut kota, jalan-jalan sepi merayakan ketenangan, Cahaya lampu jalan melukis jalur yang damai, Seolah-olah kota ini beristirahat sejenak, Menghirup ketenangan dalam keheningan malam.
Hari Minggu adalah pesta rasa syukur, Merangkai doa dalam senyuman dan tawa, Bersyukur atas nikmat hidup yang mengalir, Sejuknya kasih yang mengalun dalam hati.
Dan di balik tirai malam yang berbintang, Kita merenung pada keindahan tak terukur, Minggu adalah lukisan cinta yang abadi, Dalam setiap langkah yang kita tempuh bersama.
Minggu berlalu, tapi kenangan tetap abadi, Seperti puisi yang terukir dalam hati, Hari Minggu bukan hanya tanggal di kalender, Namun sebuah perjalanan indah ke dalam diri.
Mari kita rayakan setiap hari Minggu, Dengan hati penuh kasih dan keberkahan, Sebab di setiap detik yang kita jalani, Ada keajaiban Minggu yang tak terlupakan.